Kamis, 07 November 2013

TAHILAN AJARAN SIAPA..??? dari http://www.pejuangislam.com

36.
Pengirim: gusjan  - Kota: nganjuk
Tanggal: 20/8/2013

Di postingan sebelah ada yg komen, kl TAHLIL an untuk membedakan hewan dan manusia..

sy jawab sederhana....

1, Kalau anda non muslin, gk masalah
2. Kalau anda muslim, sungguh.., anda mengatakan, Tahlilan untuk mebedakan manusia dan hewan.
sy suka membaca sejarah apa saja, termasuk sejarah kehidupan Rosululloh SAW. Beliau memiliki 6 anak. Pertama laki2 bernama Qosim (meninggal sewaktu masih kecil), yang empat orang perempuan, termasuk Fatimah dan yg terakhir Ibramim (meninggal sewaktu masih kecil).
Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg meninggal tidak satupun di TAHLILI, kl di do'akan sudah pasti, karena mendo'akan orang tua, mendo'akan anak, mendo'akan sesama muslim amalan yg sangat mulia.
Kalau sdr sebelah mengatakan Tahlilan untuk menbedakan hewan dan manusia, sungguh..., secara tdk langsung, sadar atau tdk sadar.., anda mengatakan anak2 Nabi SAW yg meninggal semua hewan. Padahal ketika putra beliau QOSIM, IBRAHIM dan beberapa putri beliau meninggal, beliau masih hidup, kecuali FATIMAH. FATIMAH meninggal tdk berapa lama setalah NABI SAW wafat.

Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN untuk NABI,
padahal ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat BODOH....,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan.... (menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan...
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan....
Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik, yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..

Saudaraku semua..., sesama MUSLIM...
saya dulu suka TAHLIL an, tetapi sekarang tdk pernah sy lakukan. Tetapi sy tdk pernah mengatakan mereka yg tahlilan berati begini.. begitu dll. Para tetangga awalnya kaget, beberapa dr mereka berkata:" sak niki koq mboten nate ngrawuhi TAHLILAN Gus.."
sy jawab dengan baik:"Kanjeng Nabi soho putro putrinipun sedo nggih mboten di TAHLILI, tapi di dongak ne, pas bar sholat, pas nganggur leyeh2, lan sakben wedal sak saget e...? Jenengan Tahlilan monggo..., sing penting ikhlas.., pun ngarep2 daharan e..."
mereka menjawab: "nggih Gus...".

sy pernah bincang-bincang dg kyai di kampung saya, sy tanya, apa sebenarnya hukum TAHLIL an..?
Dia jawab Sunnah.., tdk wajib.
sy tanya lagi, apakah sdh pernah disampaikan kepada msyarakat, bahwa TAHLILAN sunnah, tdk wajib...??
dia jawab gk berani menyampaikan..., takut timbul masalah...
setelah bincang2 lama, sy katakan.., Jenengan tetap TAHLIl an silahkan, tp cobak saja disampaikan hukum asli TAHLIL an..., sehingga nanti kita di akhirat tdk dianggap menyembunyikan ILMU, karena takut kehilangan anggota.., wibawa dll.

Untuk para Kyai..., sy yg miskin ilmu ini, berharap besar pada Jenengan semua...., TAHLIL an silahkan kl menurut Jenengan itu baik, tp sholat santri harus dinomor satukan..
sy sering kunjung2 ke MASJID yg ada pondoknya. tentu sebagai musafir saja, rata2 sholat jama'ah nya menyedihkan.
shaf nya gk rapat, antar jama'ah berjauhan, dan Imam rata2 gk peduli.
selama sy kunjung2 ke Masjid2 yg ada pondoknya, Imam datang langsung Takbir, gk peduli tentang shaf...

Untuk saudara2 salafi..., jangan terlalu keras dalam berpendapat...
dari kenyataan yg sy liat, saudara2 salfi memang lebih konsisten.., terutama dalam sholat.., wabil khusus sholat jama'ah...
tapi bukan berati kita meremehkan yg lain.., kita do'akan saja yg baik...
siapa tau Alloh SWT memahamkan sudara2 kita kepada sunnah shahihah dengan lantaran Do'a kita....

demikian uneg2 saya, mohon maaf kl ada yg tdk berkenan...
semoga Alloh membawa Ummat Islam ini kembali ke jaman kejayaan Islam di jaman Nabi..., jaman Sahabat.., Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in
Amin ya Robbal Alamin.... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Maklumat untuk dipahami seluruh kaum Wahhabi, bahwa TAHLILAN itu adalah sinonim dengan YASINAN. Sedangkan Nabi SAW perintah secara mutlak tanpa batasan apapun: Iqra-uu yaasiin ‘alaa mautaakum (Bacakan surat Yasin untuk mayit kalian) HR. Abu Dawud. Nabi SAW tidak pernah membatasi kapan saja waktunya membaca surat Yasin untuk mayit dan bagaimana caranya, apakah harus dibaca sendirian atau dengan berjamaah, di kuburan atau di rumah, yang penting untuk setiap mayit dari keluarga umat Islam, maka berhak mendapatkan bacaan surat Yasin sesuai perintah Nabi SAW.
Jadi, bagi kalangan yang keberatan dengan kegiatan Yasinan/Tahlilan karena ketidaktahuan dan minimnya ilmu agama, maka sama saja dengan memprotes perintah Nabi SAW ini. Yang menuduh Yasinan/Tahlilan itu bid’ah sesat, berarti secara vulgar juga menuduh Nabi SAW berbuat Bid’ah Sesat.
Orang Indonesia itu sudah terbiasa memberi istilah terhadap sesuatu yang dianggap mudah bagi lisan mereka, hingga istilah barunya itu (walau terkadang salah) seringkali lebih masyhur daripada yang semestinya. Contoh kongkrit, seringkali ada pembeli yang mengatakan: Pak, saya beli aqua merek Ades…! Padahal yang benar : Pak, saya beli air minum kemasan merek Ades…! Karena Aqua dan Ades itu sama-sama merek dagang. Seperti juga mengatakan : Pak, saya beli Sanyo yang merek Shimizu…! (maksudnya adalah pompa air merek Shimizu). Karena Sanyo sendiri adalah salah satu merek pompa air yang kenamaan.
Tapi yaa itulah lisan orang Indonesia. Jadi, jika ada yang terus menyalahkan lisan bangsa Indonesia, yaa jadi ‘guru keliling’ saja secara nasional dari Sabang sampai Merauke dan masuk setiap rumah warga untuk benah-benah semua istilah yang sudah terlanjur masyhur itu. Termasuk istilah Tahlilan jauh lebih terkenal dibanding Yasinan untuk mayit sesuai perintah Nabi SAW.
Bacaan-bacaan yang selalu dibaca dalam acara Tahlilan yaitu:
1. Membaca Surat Al-Fatihah.
Dalil mengenai keutaman Surat Al Fatihah:
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an, sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku. Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an". Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), ia adalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalah Al-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku".
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
2. Membaca Surat Yasin.
Dalil mengenai keutamaan Surat Yasin.
Sabda Rosuululloh SAW
“Artinya”Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu., ia berkata: "Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya ia mendapat pengampunan, dan barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan masalah Ad-Dukhaan (Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat mengampunan". (Hadits riwayat: Abu Ya'la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir Surat Yaasiin)
Rosululloh SAW juga bersabda,
Artinya“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Bacalah Surat Yaasiin atas orang mati kalian" (Hadits riwayat: Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Sabda Rosululloh SAW,
Artinya“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: Surat Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur'an, 80 malaikat menyertai diturunkannya setiap ayat dari surat ini. Dan Ayat laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuumu (Ayat Kursi) dikeluarkan lewat bawah 'Arsy, kemudian dimasukkan ke dalam bagian Surat Al-Baqarah. Dan Surat Yaasiin adalah jantung Al-Qur'an, seseorang tidak membacanya untuk mengharapkan Allah Tabaaraka wa Ta'aalaa dan Hari Akhir (Hari Kiamat), kecuali ia diampuni dosa-dosanya. Dan bacalah Surat Yaasiin pada orang-orang mati kalian".
(Hadits riwayat: Ahmad)
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.
Rosululloh SAW bersabda,
Artinya“ Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antara kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau: "Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalah sepertiga Al-Qur'an"
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
Imam Ahmad meriwayatkan:
Artinya“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam mendengar seseorang membaca Qul huwaAllahu Ahad (Surat Al-Ikhlash). Maka beliau bersabda: "Pasti". Mereka (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang pasti?". Jawab beliau: "Ia pasti masuk surga".
(Hadits riwayat: Ahmad).
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.
Artinya“ Dari Aisyah radliallahu 'anhaa, "bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakit beliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan dari surat-surat tersebut".
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:
Artinya"Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu 4 ayat pembukaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat: Ibnu Majah).
10. Membaca Istighfar ,
Dalil keutamaan membaca istighfar:
Allah SWT berfirman:
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (QS. Huud: 3)
Sabda Rosululoh SAW.
“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu : Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Demi Allah! Sungguh aku beristighfar (memohon ampun) dan bertaubat kepadaNya lebih dari 70 kali dalam sehari". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
Sabda Rosululloh SAW.
“ Dari Al-Aghar bin Yasaar Al-Muzani radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya seratus kali dalam sehari". (Hadits riwayat: Muslim).
11. Membaca Tahlil : لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
12. Membaca Takbir : اَللهُ أَكْبَرُ
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَ اللهِ
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُ للهِ
Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dan tasbih:
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya“ Dari Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dan sebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat: At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang Maha Rahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".( Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).
Sabda Rosululloh.
Artinya“ Dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: "Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan tahlil itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar makruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).
Satu hal yang harus diingat, bahwa menjadikan tahlilan / yasinan sebagai icon tudingan bid’ah , telah menyebabkan kaum muslimin lalai terhadap masalah-masalah yang lebih penting dan prinsipil, seperti pemikiran aqidah yang jelas-jelas kebid’ahan dan kesesatanya yang juga berkembang pada hari ini. Kaum muslimin lalai bahwa di negeri ini ajaran syi’ah dan ahmadiyah terus merangkak maju dan berkembang dengan doktrin dan komunitasnya yang semakin hari semakin kuat.
Kaum muslimin juga lalai bahwa kesesatan dan kemusyrikan yang hakiki di abad modern ini, yakni materialisme dan hedonisme, telah menggerogoti ketauhidan dan arti nilai ketuhanan yang bersemayam di hati manusia secara luas. Kaum muslimin juga lalai bahwa saat ini banyak sekali muncul kelompok-kelompok sempalan yang mengusung pemahaman sesat dan sangat jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya seperti jama’ah salamullah, agama baha’iyah ingkarus sunah dan lain-lainya.
Mudah-mudahan tulisan yang sangat sederhana ini bisa mengembalikan semangat kaum muslimin yang setuju dengan YASINAN DAN TAHLILAN,dan bagi kaum muslimin yang ANTI YASINAN alias TAHLILAN, mudah-mudahan bisa menjaga amanah Allah yang berupa lidah, sehingga ia tidak menjadi sebab binasanya sang pemilik lidah itu sendiri.
Wallahu a’lamu bisshowab.

37.
Pengirim: Achmad alQuthfby  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 22/8/2013

Baik kami akan menanggapi beberapa komentar WAHABI GUSJAN yang menurut kami memiliki muatan bobot/muatan ilmiyyah:

WAHABI GUSJAN:
Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg meninggal tidak satupun di TAHLILI, kl di do'akan sudah pasti, karena mendo'akan orang tua, mendo'akan anak, mendo'akan sesama muslim amalan yg sangat mulia.

SUNNI:
Sesuatu yang tidak pemah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, atau para sahabat dan ulama salaf itu belum tentu dilarang atau tidak boleh. Jika memang apa-apa yang tidak dikerjakan pada zaman Rasul itu dihukumi haram, maka silahkan saja datangkan dalilnya??? Jika tidak ada dalilnya maka mengapakah anda menghukumi haram atau bid’ah hal-hal yang Rasul dan para Sahabatnya tidak pernah mengharam atau membid’ahkannya???

WAHABI GUSJAN:
Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN untuk NABI,
padahal ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat BODOH....,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan.... (menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan...
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan....
Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik, yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..

SUNNI:
Berdasarkan penelitian terhadap hadits-hadits Nabi
SAW, al-Hafizh Abdullah al-Ghumari menyimpulkan, bahwa sesuatu yang
ditinggalkan oleh Rasulullah SAW mengandung beberapa kemungkinan:
Pertama, Nabi SAW meninggalkannya karena tradisi di daerah beliau
tinggal. Nabi SAW pernah disuguhi daging biawak yang dipanggang. Lalu Nabi
M bermaksua menjamahnya dengan tangannya. Tiba-tiba ada orang berkata kepada beliau: "Itu daging biawak yang dipanggang." Mendengar perkataan itu,
Nabi SAW tidak jadi memakannya. Lalu beliau ditanya, "Apakah daging tersebut
haram?" Beliau menjawab: "Tidak haram, tetapi, daging itu tidak ada di daerah
kaumku, sehingga aku tidak selera." Hadits ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari
dan Muslim.
Kedua, Nabi SAW meninggakannya karena lupa. Suatu ketika Nabi SAW
lupa meninggalkan sesuatu dalam shalat. Lalu beliau ditanya, "Apakah terjadi
sesuatu dalam shalat?" Beliau menjawab: "Saya juga manusia, yang bisa lupa
seperti halnya kalian. Kalau aku lupa meninggalkan sesuatu, ingatkan aku."
Ketiga, Nabi SAW meninggalkannya karena khawatir diwajibkan atas
umatnya. Seperti Nabi SAW meninggalkan shalat tarawih setelah para sahabat
berkumpul menunggu untuk shalat bersama beliau.
Keempat, Nabi SAW meninggalkannya karena memang tidak pemah
memikirkan dan terlintas dalam pikirannya. Pada mulanya Nabi SAW berkhutbah
dengan bersandar pada pohon kurma dan tidak pemah berpikir untuk membuat
kursi, tempat berditi ketika khutbah. Setelah sahabat mengusulkannya, maka
beliau menyetujuinya, karena dengan posisi demikian, suara beliau akan lebih
didengar oleh mereka. Para sahabat juga mengusulkan agar mereka membuat
tempat duduk dari tanah, agar orang asing yang datang dapat mengenali beliau,
dan temyata beliau menyetujuinya, padahal belum pernah memikirkannya.
Kelima, Nabi M meninggalkannya karena hal tersebut masuk dalam
keumuman ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-haditsnya, seperti sebagian besar
amal-amal mandub (sunnat) yang beliau tinggalkan karena sudah tercakup
dalam firman Allah :
"Lakukanlah kebaikan, agar kamu menjadi orang-orang yang beruntung."
(QS. al-Hajj: 77).
Keenam, Nabi SAW meninggalkannya karena menjaga perasaan para
sahabat atau sebagian mereka. Nabi bersabda kepada Aisyah: "Seandainya
kaummu belum lama meninggalkan kekufuran, tentu Ka'bah itu aku bongkar lalu
aku bangun sesuai dengan fondasi yang dibuat oleh Nabi Ibrahim karena orangorang
Quraisy dulu tidak mampu membangunnya secara sempuma." Hadits ini
terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim. Nabi SAW tidak merekonstruksi
Ka'bah karena menjaga perasaan sebagian sahabatnya yang baru masuk Islam
dari kalangan penduduk Makkah.
Kemungkinan juga Nabi SAW meninggalkan suatu hal karena alasanalasan
lain yang tidak mungkin diuraikan semuanya di sini, tetapi dapat diketahui
dari meneliti kitab-kitab hadits. Belum ada suatu hadits maupun atsar yang menjelaskan bahwa Nabi SAW meninggalkan sesuatu karena hal itu
diharamkan.

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sumbangsih ilmu dari Ust. Achmad alQuthfby sangat bermanfaat untuk gusjan dan seluruh kaum Wahhabi yang lagi baca artikel ini. Syukran katsiran.

38.
Pengirim: Kyai  - Kota: probolinggo
Tanggal: 22/8/2013

WAHABI GUSJAN:
Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN untuk NABI,
padahal ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat BODOH....,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan.... (menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan...
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua meninggal gk di TAHLIL kan....
Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik, yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..

SUNNI:
Ini termasuk ketidak tahuan anda terhadap dalil-dalil shahih dan anda dikibuli oleh para misionaris Wahabi. Silahkan membaca argumentasi dari Guru saya Achmad alQuthfby diatas -semoga anda bisa sadar & bertaubat-

Saya juga mau bertanya kepada anda dengan 2 pertanyaan:
Pertama:
Apakah Rasul pernah menghimpun al Quran pada satu mushaf?
Mengapa Sayidina Abu Bakar menghimpun al-Qur’an, apakah Sayyidina Abu Bakar merasa lebih pintar dari Nabi?
Apakah Rasul lupa dan lalai terhadap penghimpunan al Quran tersebut?

Kedua:
Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat tarawih
secara berjamaah penuh satu bulan ramadhan?
Apakah Rasul secara rutin melakukan shalat tharawih tiap malam?
Apakah Rasul mengumpulkan para jama’ah untuk melakukan shalat tharawih?
Apakah pada masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu’anhu melakukan shalat tharawih seperti pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab?
Apakah Khalifah Abu Bakar lupa dengan ibadah yang mulia Shalat Tharawih seperti pada zaman Khalifah Umar?
Mengapa Khalifah Umar radhiyallahu’anhu mengumpulkan mereka untuk melakukan shalat tarawih pada seorang imam dan menganjurkan mereka untuk melakukannya. Khalifah Umar menginstruksikan shalat tarawih secara berjamaah?
Apakah khalifah Umar lebih pintar dari Rasul dan Khalifah Abu Bakar?

Ketiga:
Mengapa Sayyidina Utsman menambah adzan Jum’at menjadi dua kali?
Mengapa Pada Zaman Rasul, Abu Bakar, dan Umar adzan Jum’at dikumandangkan hanya 1 kali?
Apakah umar lebih pintar dari Rasul, Abu Bakar, dan Umar?
Apakah Rasul, Abu Bakar, dan Umar lalai dari perkara mulia penambahan adzan tsb?

Silahkan jawab jika anda benar-benar wahabi!
Jangan mau dibodohi argumentasi emperan ala wahabi!

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih ilmunya, sangat bermanfaat untuk umat.

39.
Pengirim: gusjan  - Kota: Nganjuk
Tanggal: 3/9/2013

Alhamdulillah...., semakin bertambah ilmu,
@Ustadz Pejuang Islam
Ustadz betul, tentang kalimat yg agung yaitu TAHLIL. Tidak boleh untuk perdebatan. Baik, sy tdk akan menggunakan kalimat yg agung, yaitu TAHLIL, dalam musyawarah ini. Sebab masalah utamanya di acara RITUALAN 3,7,40,100 hari dst, pada orang yg meninggal. Saking semangatnya Ustadz, sampek ke merk SANYO. Baiklah sy minta ma'af..

@Ustadz Achmad alQuthfby
Dari uraian Ustadz Achmad alQuthfby, mengapa putra-putri
beliau wafat, Nabi SAW wafat, para sahabat wafat, para
Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in wafat, tdk 1 pun di adakan
RITUALAN 3,7,40,100 hari dst, dengan alasan sbb:

1. Masalah perbedaan TRADISI. Utadz mengkiyaskan,
masalah SYARI'AT dengan masalah makan daging biawak yg dipanggang. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, dalam hal makanan, apa saja boleh kecuali yg dilarang. Sebaliknya, dalam hal SYARI'AT, peribadatan apasaja dilarang, kecuali kl ada
perintah Nabi SAW atau contoh dr Nabi SAW atau contoh dr
sahabat. Sedikit bebeda dg Ustadz.

2. Nabi lupa, ada amalan yang begitu baik, yaitu RITUALAN 3,7,40,100 hari dst. Sehingga generasi akhir2 yg justru menemukannya. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, dalam hal SYARI'AT kalau NABI SAW sampek lupa, bahaya, beliau NABI. Sebab menyangkut ummat manusia, akhirat, surga dan neraka. Menurut yang kami terima dari ulama2 yang masyhur, tdk ada kemungkinan sekecil apapun dalam penyampaian SYARI'AT, Nabi kelupaan. Sedikit berbeda dg Ustadz.

3. Nabi kuatir bila diwajibkan atas ummatnya. Anggap
saja dalam hal ini betul. Kenyataan di masyarakat, acara
Ritual 3,7,40,100 dst, sdh dianggap wajib. Bahkan
melebihi agama itu sndiri. Orang tdk sholat, tdk puasa,
sepertinya biasa, tdk ada yg peduli. Tp kl gk ikut acara
Ritualan 3,7,40,100 diragukan agamanya. bahkan dicaci
maki. Dikucilkan. Dan sy belum pernah 1 x pun mendengar,
kyai/ustadz menyampaikan pd msyarakat tentang hukum
Ritualan ini. Cobak pas ada acara begitu, kyai yg jadi
imam menyampaikan, bahwa acara seperti ini tdk wajib,
jadi bapak2 tdk harus sll mengadakan. Apa berani...???
Sedikit berbeda dg Ustadz.

4. Nabi belum memikirkan/tdk pernah terlintas di hatinya. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, AGAMA ini dr Alloh, bukan buatan / hasil pemikiran Nabi SAW. Nabi tdk perlu berpikir, apa yg diberikan Alloh sampaikan. Termasuk tatacaranya, bukan hasil pemikiran Nabi, tp semua SYARI'AT total dr Alloh tinggal terima. Kecuali non SYARI'AT, manusia bebas berpikir dan berkembang, misal teknologi.
Sedikit berbeda dg Ustadz.

5. Karena sudah masuk dalam keumuman ayat2 lain dalam
Quran. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, masalah kematian, masalah besar. Karena menyangkut orang muslim meninggal. Pasti ada
tuntunan dan tatacara melaksanakan dg jelas. Dari talqin sebelum meninggal sampek akhir. Ini masalah besar. Lha wong masalah kecil saja, seperti BERSIN (wahing) ada
tuntunan dan tata caranya, apalagi masalah kematian,
mestinya lebih penting. Sedikit berbeda dg Ustadz.

@Kyai
Kyai betul, yg mengumpulkan mushaf jaman Khalifah Abu
Bakar dan tarawih berjamah penuh mulai jaman khalifah
Umar. Betul sekali. Kl yg sy terima dr pengajian2,
dengan kitab2 yg shahih, yg menjadi RUJUKAN..PANUTAN
dalam agama ini, NABI SAW dan SAHABAT. Apa yg dilakukan
Nabi SAW... Apa yg dilakukan Sahabat yg disetujui JUMHUR
SAHABAT.., itulah sunnah. Apakah sahabat = Nabi..??
TIDAK. Tp sahabat adalah manusia2 paling bertaqwa
setelah NABI SAW.. manusia2 paling taat dan paling cinta
dg Nabi SAW. Sehingga apa yg dilakukan dan sisepakati
JUMHUR SAHABAT, termasuk sunnah dalam ISLAM.

Baiklah, semoga Ustadz2 semua, saya dan semua kaum
muslimin sll mendapat hidayah dr Alloh SWT. Amin.
Saya undur diri dari musyawarah ini. Mohon maaf segala yg kurang berkenan
wassalaamu a'laikum. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
WAHABI GUSJAN:
Dalam hal SYARI'AT, peribadatan apa saja dilarang, kecuali kl ada perintah Nabi SAW atau contoh dr Nabi SAW atau contoh dr sahabat. Sedikit bebeda dg Ustadz.

SUNNI:
Fahami dalil yang saya nasehatkan. Dalil anda tidak mematahkan dalil kami, berarti anda mengakui bahwa dalil kami kuat. Sudah saya katakan, apa-apa yang tidak ada pada zaman rasul itu bukan berarti hukumnya TERLARANG. Sepertinya anda tidak bisa memahami omongan orang dan kelihatannya keilmuan anda sangat dangkal. Anda hanya berpendapat sesuai nafsu anda bukan berdasar dalil.

Apakah kamu sudah baca hadist:
“Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu anhu berkata: “Suatu ketika kami shalat bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ketika beliau bangun dari ruku’, beliau berkata:
“sami’allahu liman hamidah”. Lalu seorang laki-laki di belakangnya berkata:
“rabbana walakalhamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih”. Setelah selesai shalat, beliau bertanya: “Siapa yang membaca kalimat tadi?” Laki-laki itu menjawab: “Saya”. Beliau bersabda: “Aku telah melihat lebih 30 malaikat berebutan menulis pahalanya”. (HR. al-Bukhari [799]).

Sahabat di atas mengerjakan perkara baru yang belum pernah
diterimanya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu menambah bacaan dzikir dalam i’tidal. Ternyata Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak seperti anda, Nabi bahkan membenarkan perbuatan mereka, bahkan memberi kabar gembira tentang pahala yang mereka lakukan, karena perbuatan mereka sesuai dengan syara’, di mana dalam i’tidal itu tempat
memuji kepada Allah.

WAHABI GUSJAN:
Nabi lupa, ada amalan yang begitu baik, yaitu RITUALAN 3,7,40,100 hari dst. Sehingga generasi akhir2 yg justru menemukannya. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, dalam hal SYARI'AT kalau NABI SAW sampek lupa, bahaya, beliau NABI. Sebab menyangkut ummat manusia, akhirat, surga dan neraka. Menurut yang kami terima dari ulama2 yang masyhur, tdk ada kemungkinan sekecil apapun dalam penyampaian SYARI'AT, Nabi kelupaan. Sedikit berbeda dg Ustadz.

SUNNI:
Sifat lupa beliau bukan dalam hal penyampaian syariat dari Alloh, namun dalam mu’amalah beliau. Apakah Nabi itu Tuhan yang terlepas dari kealpaan?
Kenapa anda menuhankan Nabi?
Yang tidak pernah lupa itu hanya Alloh SWT.
Apa Nabi pernah melarang tahlilan???
Kenapa anda melarang sesuatu hal yang tidak dilarang oleh nabi? Apakah anda selevel nabi berani melarang sesuatu hal yg tidak dilarang nabi?

Nabi SAW tidak melaksanakan tahlilan karena memang tidak pemah memikirkan dan terlintas dalam pikirannya. Pada mulanya Nabi SAW berkhutbah dengan bersandar pada pohon kurma dan tidak pemah berpikir untuk membuat kursi, tempat berditi ketika khutbah. Setelah sahabat mengusulkannya, maka beliau menyetujuinya, karena dengan posisi demikian, suara beliau akan lebih
didengar oleh mereka. Para sahabat juga mengusulkan agar mereka membuat
tempat duduk dari tanah, agar orang asing yang datang dapat mengenali beliau, dan temyata beliau menyetujuinya, padahal belum pernah memikirkannya.

WAHABI GUSJAN:
Nabi kuatir bila diwajibkan atas ummatnya. Anggap saja dalam hal ini betul. Kenyataan di masyarakat, acara Ritual 3,7,40,100 dst, sdh dianggap wajib. Bahkan melebihi agama itu sndiri. Orang tdk sholat, tdk puasa, sepertinya biasa, tdk ada yg peduli. Tp kl gk ikut acara Ritualan 3,7,40,100 diragukan agamanya. bahkan dicaci maki. Dikucilkan. Dan sy belum pernah 1 x pun mendengar, kyai/ustadz menyampaikan pd msyarakat tentang hukum Ritualan ini. Cobak pas ada acara begitu, kyai yg jadi imam menyampaikan, bahwa acara seperti ini tdk wajib, jadi bapak2 tdk harus sll mengadakan. Apa berani...??? Sedikit berbeda dg Ustadz.

SUNNI:
Jika ada masyarakat menyatakan wajib maka itu wajib pula kita luruskan. NU tidak pernah menyatakan bahwa tahlilan itu wajib. Jika ada, silahkan hadirkan dalam kitab apa? halaman berapa? Karya siapa?. Kenapa tidak berani?.

WAHABI GUSJAN:
Nabi belum memikirkan/tdk pernah terlintas di hatinya. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, AGAMA ini dr Alloh, bukan buatan / hasil pemikiran Nabi SAW. Nabi tdk perlu berpikir, apa yg diberikan Alloh sampaikan. Termasuk tatacaranya, bukan hasil pemikiran Nabi, tp semua SYARI'AT total dr Alloh tinggal terima. Kecuali non SYARI'AT, manusia bebas berpikir dan berkembang, misal teknologi. Sedikit berbeda dg Ustadz.

SUNNI:
Anda ini tidak memahami argumentasi saya. Baca baik-baik. Sudah saya jelaskan secara detil. Yang tidak pernah terlintas itu teknisnya bukan syariatnya. Tahlilan adalah majelis dizkr hanya teknisnya saja yang belum ada dizaman rasul.

WAHABI GUSJAN:
Karena sudah masuk dalam keumuman ayat2 lain dalam Quran. Baiklah. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, masalah kematian, masalah besar. Karena menyangkut orang muslim meninggal. Pasti ada tuntunan dan tatacara melaksanakan dg jelas. Dari talqin sebelum meninggal sampek akhir. Ini masalah besar. Lha wong masalah kecil saja, seperti BERSIN (wahing) ada tuntunan dan tata caranya, apalagi masalah kematian, mestinya lebih penting. Sedikit berbeda dg Ustadz.

SUNNI:
Itu kan pendapat anda yg penuh dengan hawa nafsu, faktanya apa dalil anda mengharamkan talqin???
Apakah setiap hal yang tidak dikerjakan rasul itu menjadi terlarang???
Jika talqin masalah besar, mengapa rasul tidak melarangnya melalui hadistnya???

WAHABI GUSJAN:
betul, yg mengumpulkan mushaf jaman Khalifah Abu Bakar dan tarawih berjamah penuh mulai jaman khalifah Umar. Betul sekali. Kl yg sy terima dr pengajian2, dengan kitab2 yg shahih, yg menjadi RUJUKAN..PANUTAN dalam agama ini, NABI SAW dan SAHABAT. Apa yg dilakukan Nabi SAW... Apa yg dilakukan Sahabat yg disetujui JUMHUR SAHABAT.., itulah sunnah. Apakah sahabat = Nabi..?? TIDAK. Tp sahabat adalah manusia2 paling bertaqwa setelah NABI SAW.. manusia2 paling taat dan paling cinta dg Nabi SAW. Sehingga apa yg dilakukan dan sisepakati JUMHUR SAHABAT, termasuk sunnah dalam ISLAM. Baiklah, semoga Ustadz2 semua, saya dan semua kaum muslimin sll mendapat hidayah dr Alloh SWT. Amin. Saya undur diri dari musyawarah ini. Mohon maaf segala yg kurang berkenan wassalaamu a'laikum.

SUNNI:
Anda mengakui bahwa apa yang dilakukan sahabat itu tidak pernah dicontohkan rasul. Baik sekali. Itu artinya, apakah sahabat tidak memahami argumentasi anda? apakah sahabat tidak faham bahwa segala hal yg tdk dicontohkan rasul itu terlarang menurut anda? apakah sahabat lebih pintar dari pada rasul? dll

Jangan mundur diri dulu bung, anda tidak bisa menjawab argumentasi kami dengan baik. Silahkan kami tunggu anda kapan saja dan dimana saja. Syukur-syukur jika anda duduk dimajelis terbuka dengan kami untuk berdialog dengan santun dan disaksikan para ulama. Kami siap hadir!

(Jawaban di atas ini kami terima dari Ust. Ahmad Alquthfby, Probolinggo, terima kasih atensinya, kebetulan kami sedang full kegiatan)

40.
Pengirim: gusjan  - Kota: nganjuk
Tanggal: 5/9/2013

Mohon ijin untuk meluruskan saja.

Pertama:
Ustadz mengatakan keilmuan saya sangat DANGKAL. Apa yg Ustadz katakan betul. Ustadz jauh lebih berilmu dr saya.

Kedua:
Ustadz membawakan hadist dr sahabat Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu anhu. Dia kan sahabat. Tulisan saya sebelumnya sdh sy sampaikan. Saya meyakini dr keterangan para ‘Ulama2 yg sdh masyhur dr kalangan salaf, RUJUKAN agama ini Nabi SAW dan para Sahabat. ‘Ijma’ Sahabat boleh dijadikan hujjah, boleh diamalkan. Makanya dalam hal Syari’at, sy sll bertanya kepada yg ahli ilmu, “apakah Nabi SAW pernah mencontohkan.., apakah Jumhur Sahabat pernah mencontohkan..” Saya sll begitu. Sehingga, segala Syari’at apapun, kl dicontohkan Nabi SAW.., atau dicontohkan Sahabat dan disepakati Jumhur Sahabat, sy berusaha mengamalkan sebisa mungkin. Tetapi sebaliknya, Syari’at apa saja yg tdk dicontohkan Nabi SAW.., atau tdk pula dicontohkan Sahabat, maka sy tdk berani melakukan.

Ketiga:
Ustadz mengatakan, sy menuhankan Nabi SAW.
Saya tdk menuhankan Nabi SAW. Nabi SAW tetap makan dan minum dan hal2 lain sama dengan manusia. Bedanya dg manusia lain, Nabi SAW menerima wahyu dan sll dijaga oleh Alloh SWT dr kesalahan. Jadi semua perkataan Nabi SAW dan semua perbuatan Nabi SAW, sll atas bimbingan dan wahyu dr Alloh SWT. Dalam hal Syari’at apapun, sy meyakini seyakin yakinnya, Nabi SAW sdh menyampaikan semuanya dan tdk mungkin ada yg terlupakan. Jadi kl dikatakan ada Syar’iat atapun tata cara peribadatan, yg belum disampaikan Nabi SAW karena alasan Nabi SAW lupa atau belum terpikirkan oleh Nabi SAW, sy tdk sependapat.

Keempat:
Ustadz mengatakan, saya melarang Tahlil, apa saya selevel dg Nabi SAW..?? Ustadz kurang teliti membaca tulisan saya. Tdk ada 1 kata pun, sy melarang Tahlil. Saya hanya mengatakan, amalan Syari’at apapun, kl tdk ada contoh dr Nabi SAW, atau contoh dr Sahabat, saya tdk berani melakukan. Semisal acara RITUAL 3,7,40,100 dst. Tdk ada saya mengatakan saya melarang Tahlil. Mengenai saudara2 muslim yg mengamalkan RITUAL 3,7,40,100 dst, silahkan saja, itu hak masing2 orang.

Kelima:
Ustadz mengatakan: Saya mengatakan bahwa ada orang yg mewajibkan RITUALAN 3,7,40,100 dst. Saya tdk berkata begitu. Saya berkata:” Kenyataan di masyarakat, acara Ritual 3,7,40,100 dst, sdh dianggap wajib. Bahkan melebihi agama itu sndiri. Orang tdk sholat, tdk puasa, sepertinya biasa, tdk ada yg peduli. Tp kl gk ikut acara Ritualan 3,7,40,100 diragukan agamanya. bahkan dicaci maki. Dikucilkan.” Itu yg sy katakan. Ini kenyataan yg ada di masyarakat.
Keenam:
Ustadz mengatakan:” Itu kan pendapat anda yg penuh dengan hawa nafsu, faktanya apa dalil anda mengharamkan talqin???”. Silahkan dibaca lagi. Saya mengatakan. Masalah yg kecil saja, seperti BERSIN(wahing), Nabi SAW memberikan tuntunan/tatacaranya. Lebih2 masalah orang meninggal. Pastilah sdh diberi tatacara/tuntunan dari TALQIN sebelum meninggal sampek akhir. Dan tuntunan untuk kaum muslimin yg meninggal sdh ada, dan sudah di famai oleh semua kaum muslimin. Sudah masyhur.
- Talqin sebelum meninggal, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Memandikan jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Mengkafani jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Mensholati jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Menguburkan jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- RITUALAN 3.7.40.100 dst…?? Ini yg sy maksud tdk ada tuntunan dr NABI SAW ataupun Sahabat, bukan TALQIN. Tapi menurut Ustadz, masalah RITUALAN 3.7.40.100 dst, Nabi SAW lupa menyampaikan dan belum terpikirkan oleh Nabi SAW saat itu.

Ketujuh (terakhir):
Saya ingin mengajak JUJUR kepada ummat ini, dalam hal agama (Syari’at Islam). Kita sudah sepakat, bahwa Ritualan 3,7,40,100 dst, tdk wajib (bahkan Ustadz akan meluruskan anggapan sebagian orang, yg mewajibkan Ritualan ini). Harapan saya, Ustadz berani dan jujur menyampaikan kpd ummat, ketika Ustadz diundang atau menjadi imam acara Ritualan 3,7,40,100 dst. Sampaikan saja, bahwa Ritualan seperti ini tdk wajib. Misalnya Ustadz berkata, saat acara belum dimulai “Para undangan semua…, saya akan sampaikan mengenai hukum SELAMATAN/KENDURI…, putra-putri Nabi SAW ketika wafat tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI, ketika Nabi SAW wafat tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI, ketika para Sahabat wafat juga tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI. Sebetulnya acara Selamatan/Kenduri 3,7,40,100 dst tdk WAJIB. Bagi yg keluarganya meninggal kemudian tdk mengadakan SELAMATAN, silahkan tdk apa2, sebab Nabi SAW dan keluarga beliau jg tdk SEALAMATAN. Bagi kita yg mengamalkan SELAMATAN jg tdk apa2. Semua benar…”
Itulah yg sy maksud JUJUR kepada ummat, agar keyakinan/anggapan wajibnya SELAMATAN tdk terjadi di ummat ini.
Demikian, mohon ma’af segala kekurangan, wassalaamu ‘alaikum.

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
pertanyaan anda lebih banyak ditujukan kepada Ust. Ahmad Alquthfby, maka kami persilahkan beliau meresponya.

Kami hanya ingin merespon positif pernyataan anda: Sebetulnya acara Selamatan/Kenduri 3,7,40,100 dst tdk WAJIB. Bagi yg keluarganya meninggal kemudian tdk mengadakan SELAMATAN, silahkan tdk apa2, sebab Nabi SAW dan keluarga beliau jg tdk SEALAMATAN. Bagi kita yg mengamalkan SELAMATAN jg tdk apa2. Semua benar…” Itulah yg sy maksud JUJUR kepada ummat, agar keyakinan/anggapan wajibnya SELAMATAN tdk terjadi di ummat ini. Demikian, mohon ma’af segala kekurangan, wassalaamu ‘alaikum.

Jawabazn kami > Alhamdulillah umat Islam warga Malang sebagai kota pelajar, rata-rata IQ mereka tinggi-tinggi, jadi mereka sangat paham bahwa Tahlilan itu hukumnya SUNNAH, bukan wajib, dan kami juga sudah sangat sering menerangkannya di depan Jamaah Tahlil.
Andaikan saja anda bersedia mengumpulkan jamaah Tahlil se Nganjuk, dan anda juga bersedia mendatangkan kami untuk menerangkan kepada mereka tentang hukum DISUNNAHKAN-nya Tahlilan, bukan DIWAJIBKAN, niscaya akan kami luangkan waktu untuk menyampaikannya dengan senang hati, agar pemahaman mereka sepadan dengan pemahaman umat Islam di Malang tentang DISUNNAHKANNYA TAHLILAN untuk mayit. Terima kasih.

41.
Pengirim: Kyai  - Kota: probolinggo
Tanggal: 7/9/2013

Pengirim: gusjan - Kota: nganjuk

Pertama:
Ustadz mengatakan keilmuan saya sangat DANGKAL. Apa yg Ustadz katakan betul. Ustadz jauh lebih berilmu dr saya.
- Iya ilmu anda dangkal. Buktinya anda tidak bisa menjawab argumentasi kami. Jawaban anda tidak berdalil tp melalui rasio dan hawa nafsu belaka, seperti Ulil Abshar Abdallah

Kedua:
Ustadz membawakan hadist dr sahabat Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu anhu. Dia kan sahabat. Tulisan saya sebelumnya sdh sy sampaikan. Saya meyakini dr keterangan para ‘Ulama2 yg sdh masyhur dr kalangan salaf, RUJUKAN agama ini Nabi SAW dan para Sahabat. ‘Ijma’ Sahabat boleh dijadikan hujjah, boleh diamalkan. Makanya dalam hal Syari’at, sy sll bertanya kepada yg ahli ilmu, “apakah Nabi SAW pernah mencontohkan.., apakah Jumhur Sahabat pernah mencontohkan..” Saya sll begitu. Sehingga, segala Syari’at apapun, kl dicontohkan Nabi SAW.., atau dicontohkan Sahabat dan disepakati Jumhur Sahabat, sy berusaha mengamalkan sebisa mungkin. Tetapi sebaliknya, Syari’at apa saja yg tdk dicontohkan Nabi SAW.., atau tdk pula dicontohkan Sahabat, maka sy tdk berani melakukan.
- Berarti anda mengakui bid’ah hasanah? Alhamdulillah. Kalo anda merujuk sahabat, maka anda harus melestarikan bid’ah hasanah. Rasul tidak pernah mencontohkan kalimat I’tidal seperti didalam hadist tsb. Padahal rasul sendiri bersabda: Shollu kama ra aytumuuni usholli?. Apakah sahabat lebih pintar dari rasul? Kami hanya pengikut para sahabat yang melestariken bid’ah hasanah. Anda hanya berargumentasi sendiri tanpa menyimak dalil lawan bicara anda.

Ketiga:
Ustadz mengatakan, sy menuhankan Nabi SAW.
Saya tdk menuhankan Nabi SAW. Nabi SAW tetap makan dan minum dan hal2 lain sama dengan manusia. Bedanya dg manusia lain, Nabi SAW menerima wahyu dan sll dijaga oleh Alloh SWT dr kesalahan. Jadi semua perkataan Nabi SAW dan semua perbuatan Nabi SAW, sll atas bimbingan dan wahyu dr Alloh SWT. Dalam hal Syari’at apapun, sy meyakini seyakin yakinnya, Nabi SAW sdh menyampaikan semuanya dan tdk mungkin ada yg terlupakan. Jadi kl dikatakan ada Syar’iat atapun tata cara peribadatan, yg belum disampaikan Nabi SAW karena alasan Nabi SAW lupa atau belum terpikirkan oleh Nabi SAW, sy tdk sependapat.
- Bukankah Rasul pernah sholat dengan mengenakan sandal yang najis? Rasul juga pernah lupa untuk menggenapkan sholat Duhur empat rakaat, sehingga Sahabatnya –Dzul yadain- harus menegur kesalahan itu?

Rasul pun mengakui bahwa dirinya pernah lupa : Saya juga bisa lupa ( sengaja dilupakan oleh Allah) seperti kalian semua, jika memang saya lupa maka ingatkanlah saya ( HR BUKHORI). Ini sabda rasul bukan kata saya.


Kan anda sudah mendengar bahwa zaman kita berbeda dengan zaman nabi, apalagi terkait masalah tradisi. Apakah anda sudah memahami argumentasi saya sebelumnya? Bagaimana Rasul bisa berfikir mengenai tahlilan, karena tradisi tahlilan itu ada setelah rasul wafat? Itu adalah kreasi para ulama yang brupa majelis dzikir. Kan sudah dikatakan bahwa tahlilan itu bagian dari syariat, bukan menjadi syariat baru. Kalo secara syariat sudah sempurna. Tahlilan sangat berkesesuaian dengan syariat.

Saya juga mau bertanya kepada anda dengan 2 pertanyaan:
Pertama:
Apakah Rasul pernah menghimpun al Quran pada satu mushaf?
Mengapa Sayidina Abu Bakar menghimpun al-Qur’an, apakah Sayyidina Abu Bakar merasa lebih pintar dari Nabi?
Apakah Rasul lupa dan lalai terhadap penghimpunan al Quran tersebut?

Kedua:
Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat tarawih
secara berjamaah penuh satu bulan ramadhan?
Apakah Rasul secara rutin melakukan shalat tharawih tiap malam?
Apakah Rasul mengumpulkan para jama’ah untuk melakukan shalat tharawih?
Apakah pada masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu’anhu melakukan shalat tharawih seperti pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab?
Apakah Khalifah Abu Bakar lupa dengan ibadah yang mulia Shalat Tharawih seperti pada zaman Khalifah Umar?
Mengapa Khalifah Umar radhiyallahu’anhu mengumpulkan mereka untuk melakukan shalat tarawih pada seorang imam dan menganjurkan mereka untuk melakukannya. Khalifah Umar menginstruksikan shalat tarawih secara berjamaah?
Apakah khalifah Umar lebih pintar dari Rasul dan Khalifah Abu Bakar?

Ketiga:
Mengapa Sayyidina Utsman menambah adzan Jum’at menjadi dua kali?
Mengapa Pada Zaman Rasul, Abu Bakar, dan Umar adzan Jum’at dikumandangkan hanya 1 kali?
Apakah umar lebih pintar dari Rasul, Abu Bakar, dan Umar?
Apakah Rasul, Abu Bakar, dan Umar lalai dari perkara mulia penambahan adzan tsb?

Silahkan sajikan jawaban anda!


Keempat:
Ustadz mengatakan, saya melarang Tahlil, apa saya selevel dg Nabi SAW..?? Ustadz kurang teliti membaca tulisan saya. Tdk ada 1 kata pun, sy melarang Tahlil. Saya hanya mengatakan, amalan Syari’at apapun, kl tdk ada contoh dr Nabi SAW, atau contoh dr Sahabat, saya tdk berani melakukan. Semisal acara RITUAL 3,7,40,100 dst. Tdk ada saya mengatakan saya melarang Tahlil. Mengenai saudara2 muslim yg mengamalkan RITUAL 3,7,40,100 dst, silahkan saja, itu hak masing2 orang.
- Argumentasi anda itu jelas mengarah kepada pengharaman tradisi tahlilan. Arah argumentasi anda apa kalo tidak mengahramkan tahlilan? Sekarang saya tanya: Apa anda mengharamkan tahlilan??? Biar clear!.
Saran saya janganlah berani melarang sesuatu hal yang Allah dan Rasul sendiri tidak melarangnya.

Kelima:
Ustadz mengatakan: Saya mengatakan bahwa ada orang yg mewajibkan RITUALAN 3,7,40,100 dst. Saya tdk berkata begitu. Saya berkata:” Kenyataan di masyarakat, acara Ritual 3,7,40,100 dst, sdh dianggap wajib. Bahkan melebihi agama itu sndiri. Orang tdk sholat, tdk puasa, sepertinya biasa, tdk ada yg peduli. Tp kl gk ikut acara Ritualan 3,7,40,100 diragukan agamanya. bahkan dicaci maki. Dikucilkan.” Itu yg sy katakan. Ini kenyataan yg ada di masyarakat.
- kenyataan yang ada dimasyarakat? Atau yang ada dibenak anda semata?
Masyarakat awam atau masyarakat ‘alim yang anda tanyakan?
Sudahkah anda melakukan survey?
Mana hasil surveynya?
Itu hanya pendapat anda yang ingin melakukan provokasi. Jika semisal adapun ‘oknum’ masyarakat yg menganggap wajib tahlilan, maka itu yg perlu kita lurusken. Dan anggapan wajib oleh mereka tsb tdk ada relevenasinya dengan kebolehan tahlilan.

Keenam:
Ustadz mengatakan:” Itu kan pendapat anda yg penuh dengan hawa nafsu, faktanya apa dalil anda mengharamkan talqin???”. Silahkan dibaca lagi. Saya mengatakan. Masalah yg kecil saja, seperti BERSIN(wahing), Nabi SAW memberikan tuntunan/tatacaranya. Lebih2 masalah orang meninggal. Pastilah sdh diberi tatacara/tuntunan dari TALQIN sebelum meninggal sampek akhir. Dan tuntunan untuk kaum muslimin yg meninggal sdh ada, dan sudah di famai oleh semua kaum muslimin. Sudah masyhur.
- Talqin sebelum meninggal, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Memandikan jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Mengkafani jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Mensholati jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- Menguburkan jenazah, sdh diberikan tuntunan dan tatacaranya. Sdh masyhur
- RITUALAN 3.7.40.100 dst…?? Ini yg sy maksud tdk ada tuntunan dr NABI SAW ataupun Sahabat, bukan TALQIN. Tapi menurut Ustadz, masalah RITUALAN 3.7.40.100 dst, Nabi SAW lupa menyampaikan dan belum terpikirkan oleh Nabi SAW saat itu.
- Silahkan baca jawaban saya sebelumnya diatas. Dan lebih jelasnya, bahwa ritual tahlilan itu memang tidak ada pada zaman rasul, dan hal yg tdk ada pada zaman rasul itu tdk serta merta menjadi terlarang. Ini yg perlu anda fahami dan simak baik!!! Jangan seperti org tolol yg berargumen sendiri tanpa menyanggah dalil lawab bicara, itu pertanda anda mengakui argumentasi kami. Ritual tahlilan baru terfikirkan setelah rasul wafat, karena itu berupa tradisi baru hasil kreasi para ulama yg berkesesuaian dengan syariat. Jika anda hendak mengaharamkan ritual tahlilan, maka silahkan anda hadirkan dalilnya. Mana dalilnya?. Dalil itu quran dan hadist.
Banyak hal baru yang tidak terfikirkan oleh rasul dan dilakukan oleh para sahabat, bukankah itu sebuah bid’ah? Akan tetapi bid’ah hasanah. Makanya mari lestarikan bid’ah hasanah.

Ketujuh (terakhir):
Saya ingin mengajak JUJUR kepada ummat ini, dalam hal agama (Syari’at Islam). Kita sudah sepakat, bahwa Ritualan 3,7,40,100 dst, tdk wajib (bahkan Ustadz akan meluruskan anggapan sebagian orang, yg mewajibkan Ritualan ini). Harapan saya, Ustadz berani dan jujur menyampaikan kpd ummat, ketika Ustadz diundang atau menjadi imam acara Ritualan 3,7,40,100 dst. Sampaikan saja, bahwa Ritualan seperti ini tdk wajib. Misalnya Ustadz berkata, saat acara belum dimulai “Para undangan semua…, saya akan sampaikan mengenai hukum SELAMATAN/KENDURI…, putra-putri Nabi SAW ketika wafat tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI, ketika Nabi SAW wafat tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI, ketika para Sahabat wafat juga tdk diadakan SELAMATAN/KENDURI. Sebetulnya acara Selamatan/Kenduri 3,7,40,100 dst tdk WAJIB. Bagi yg keluarganya meninggal kemudian tdk mengadakan SELAMATAN, silahkan tdk apa2, sebab Nabi SAW dan keluarga beliau jg tdk SEALAMATAN. Bagi kita yg mengamalkan SELAMATAN jg tdk apa2. Semua benar…”
Itulah yg sy maksud JUJUR kepada ummat, agar keyakinan/anggapan wajibnya SELAMATAN tdk terjadi di ummat ini.
Demikian, mohon ma’af segala kekurangan, wassalaamu ‘alaikum

- Anda siapa hendak mengatur? Haha.. lucu anda..
Perkataannya bukan seperti itu, tapi harusnya kayak bgini:
“Para undangan semua…, saya akan sampaikan mengenai hukum tahlilan. Tahlilan itu bagian dari majelis dzikir, tidak diwajibkan namun sangat dianjurkan karena sesuai dengan sunnah-sunnah nabi. Sebagai kau muslim, tentu saja kita harus gemar terhadap sunnah-sunnah nabi terutama mengenai dzikir. Bagi orang yg menyalahkan tahlilan, silahkan saja karena itu menjadi privasi masing2. Namun orang yg menyalahkan tahlilan adalah org yg benci terhadap sunnah rasul yakni dzikr. Hanya syetan yang tidak suka kepada orang yg berdzikr. Mari kita lestarikan budaya tahlilan ini dan menjaganya dengan segenap kemampuan kita. Hadits-hadits  cukup banyak yang menganjurkan dzikir bersama. Antara lain
rRasulullah  hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim berikut ini:
 إِنَّ للهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي
r قال قال رسول الله tعن أبي هريرة  الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا وَاللهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ يَقُولُونَ مِنْ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمْ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
 bersabda: “Sesungguhnya
r berkata: “Rasulullah t“Dari Abu Hurairah  Allah memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan, mereka senantiasa mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka mendapati satu kaum sedang berdzikir kepada Allah, maka mereka akan saling berseru: “Mintalah hajat kalian.” Beliau melanjutkan: “Lalu para malaikat itu mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia.” Beliau melanjutkan: “Lalu Tuhan mereka menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui dari pada mereka: “Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Mereka mensucikan, membesarkan, memuji dan mengagungkan-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat-Mu.” Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Seandainya mereka pernah melihat-Mu, tentu mereka akan lebih bersungguh-sungguh beribadah, mengagungkan dan semakin banyak mensucikan-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apa yang mereka minta kepada-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Mereka memohon surga-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Belum wahai Tuhan kami.” Allah bertanya lagi: “Bagaimana jika mereka telah melihat surga-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Tentu mereka akan lebih bersungguh-sungguh memohon dan menginginkannya.” Allah bertanya lagi: “Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Dari neraka-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Demi Allah, mereka belum pernah melihat neraka-Mu.” Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu itu menjawab: “Tentu mereka akan semakin lari dan takut pada neraka itu.” Beliau melanjutkan: “Kemudian Allah berfirman: “Saksikanlah oleh kalian, bahwa Aku sudah mengampuni mereka.” Beliau melanjutkan lagi, “Lalu sebagian malaikat itu berkata: “Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan, ia bukanlah termasuk orang-orang yang berdzikir, hanya saja ia kebetulan datang karena ada keperluan (duduk bersama mereka).” Lalu Allah menjawab: “Mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. al-Bukhari [6408] dan Muslim [4854]).
Mengomentari hadits di atas, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata dalam Fath al-Bari:
وَفِي الْحَدِيْثِ فَضْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَالذَّاكِرِيْنَ وَفَضْلُ اْلاِجْتِمَاعِ عَلَي ذَلِكَ وَاَنَّ جَلِيْسَهُمْ يَنْدَرِجُ مَعَهُمْ فِيْ جَمِيْعِ مَا يَتَفَضَّلُ اللهُ تَعَالَى بِهِ عَلَيْهِمْ اِكْرَامًا لَهُمْ وَلَوْ لَمْ يُشَارِكْهُمْ فِيْ أَصْلِ الذِّكْرِ.
“Hadits tersebut mengandung keutamaan majelis-majlis dzikir, orang-orang yang berdzikir dan keutamaan berkumpul untuk berdzikir, orang yang duduk bersama mereka, akan masuk dalam golongan mereka dalam semua apa yang Allah anugerahkan kepada mereka, karena memuliakan mereka, meskipun ia tidak mengikuti mereka dalam berdzikir.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fath al-Bari, juz 11 hal. 213).
Dalam hadits lain juga diterangkan:
 إِذْ
rعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ إِنَّا لَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ  قَالَ هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ يَعْنِيْ أَهْلَ الْكِتَابِ قُلْنَا لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ فَقَالَ ارْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ فَقُوْلُوْا لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا  يَدَهُ ثُمَّ قَالَ الْحَمْدُ للهِrسَاعَةً ثُمَّ وَضَعَ رَسُوْلُ اللهِ  اللّهُمَّ إِنَّكَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ وَأَمَرْتَنِيْ بِهَا وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ثُمَّ قَالَ أَبْشِرُوْا فَإِنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ. (رواه أحمد والحاكم والطبراني والبزار).
, tiba-tiba beliau
r“Syaddad bin Aus berkata, “Kami bersama Rasulullah  berkata, “Apakah di antara kalian ada orang asing (ahli kitab)?” Kami menjawab, “tidak ada wahai Rasulullah.” Lalu beliau memerintahkan agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu katakan Laa ilaaha illallaah!” Kami mengangkat tangan beberapa saat, kemudian Rasulullah meletakkan tangannya. Lalu bersabda, “Alhamdulillah. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku membawa kalimat tauhid ini, Engkau memerintahkannya kepadaku dan menjanjikanku surga karenanya, sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian beliau bersabda, “Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian.” (HR. Ahmad, al-Hakim, al-Thabarani dan al-Bazzar).

Demikian, mohon ma’af segala kekurangan, wassalaamu ‘alaikum

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga bermanfaat untuk Gusjan dan seluruh umat Islam.
- See more at: http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=266#sthash.sERemGPR.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar